Misteri Sinister Di “The Nun II”: Petualangan Bulu Kuduk Berdiri
Ada kalanya film horor dibuat bukan hanya untuk ditonton, tetapi untuk dirasakan. “The Nun II” pastinya salah satunya. Kita kembali bertemu dengan Valak, sang iblis dalam jubah kebiaraan, yang kali ini membawa petualangan lebih mencekam. Tebak saja, siapa yang bisa tidur nyenyak setelah itu? Burung hantu pun mungkin ikut bergidik. Baca lebih lanjut di My Nex
Melompat ke adegan awal, Alur cerita “The Nun II” mengaduk emosi sejak awal—seperti roller coaster malam Jumat Kliwon. Ada bagian di mana jantungmu mendadak bergoyang disko, terutama ketika adegan gelap melingkupi layar. Ada satu momen ketika pintu terkunci sendiri, diceritakan dari pengalaman nyata teman saya, itulah saat minuman saya hampir terlempar karena kaget. Itulah yang disebut pengalaman film yang mengundang debaran tanpa terlihat murahan.
Tidak hanya suasana mengerikan yang dibangun, karakter-karakter dalam film ini dikembangkan dengan cerdas. Dialog mereka terdengar alami, dan chemistry antar karakter ibarat sambal pedas dan nasi hangat. Tentu, karakter utama seperti Sister Irene yang diperankan Taissa Farmiga, tidak hanya sekadar pelengkap cerita tapi memberikan aksi memukau—seolah-olah dia berucap, “Ayo, Valak, coba aku kalau bisa.”
Film ini juga menyajikan latar tempat yang mendukung atmosfer mistis. Biara tua nan misterius dengan lorong-lorong panjang gelap menambah angker aura penayangan. Dalam sekali tonton, kita bisa merasa terlempar langsung ke tengah setting yang dinginnya menembus tulang, seolah-nonton di terminal tua saat angin malam bertiup. Pastinya, kru setting patut mendapat pujian sebesar gunung.
Berbicara soal special effect, “The Nun II” betul-betul paham bagaimana membuat kita melompat dari kursi. Suara-suara menyeramkan, efek visual yang menggetarkan mata, sungguh menggugah perasaan. Hampir sama seperti melihat sekawanan kelelawar yang mendadak terbang di depan hidung.
Namun, bukan berarti tanpa cela. Beberapa bagian alur cerita terasa terpotong-potong—seperti puzzle yang beberapa kepingnya terjatuh ke bawah sofa. Ada pertanyaan yang berseliweran di kepala, tapi mungkin justru itulah yang membuat kita penasaran menantikan cerita berikutnya. Bagaikan rasa rindu kepada mantan, sedikit misteri justru membuat gemas.
Bagi mereka yang belum menontonnya, bisa dipastikan bahwa “The Nun II” menjanjikan lebih dari sekadar suara keras dan bayangan melintas. Mungkin Anda datang dengan harapan sedikit ketakutan, tetapi film ini membawa misi lebih jauh, mengoyak batas saraf serta mental Anda. Jadi, pastikan cukuran rambut Anda rapi sebelum menyaksikannya karena bulu kuduk mungkin akan berdiri semalaman.
Akankah Anda terlalu terjebak pada rasa takut hingga tak bisa tidur semalaman? Atau malah mendambakan menonton bersama teman-teman sembari saling menakut-nakuti? Pengalaman unik menonton film horor memang bisa menyatukan kawan dan ketegangan, seperti halnya paduan kopi dan donat di pagi mendung. Bagaimana dengan Anda; berani untuk diuji ketahanannya oleh “The Nun II”? Pilihlah waktu yang tepat, mungkin sebelum malam Jumat, jika Anda cukup berani.